• SMP NEGERI 1 KOTA SURAKARTA
  • SPENSA JAYA, SPENSA BAHAGIA

Jurnal Pendidikan

PENERAPAN  MODEL  PEMBELAJARAN  LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) UNTUK 

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN  PRESTASI  BELAJAR PESERTA DIDIK

 

WAHYUDI

SMP NEGERI 1 SURAKARTA

Hub.yudi1982@gmail.com

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction) dan mendeskripsikan efektifitas penerapan model pembelajaran langsung untuk meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Informatika kelas 7F SMP Negeri 1 Surakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penelitian Kuasi Eksperimen. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 7F  SMP Negeri 1 Surakarta semester ganjil tahun pelajaran 2022/2023. Adapun jumlah siswa untuk kelas PTK berjumlah 32 orang. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi aktivitas guru penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction), lembar observasi kemandirian belajar dan tes hasil belajar siswa. Analisis data menggunakan skor rata-rata dan uji-test yang terdiri uji beda antar siklus dan uji beda dua sampel yang tidak berhubungan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction) dapat meningkatkan kemandirian, prestasi belajar dan efektif meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Informatika kelas 7F SMP Negeri 1 Surakarta.  

Kata Kunci: Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction), Kemandirian dan Prestasi Belajar.

 

 

 

APPLICATION OF DIRECT INSTRUCTION MODEL TO IMPROVE STUDENTS' INDEPENDENCE AND

LEARNING ACHIEVEMENT

WAHYUDI

SMP NEGERI 1 SURAKARTA

Hub.yudi1982@gmail.com

ABSTRACT

This research aims to describe the application of the direct instruction model and describe the effectiveness of the application of the direct learning model to increase students' independence and learning achievement in the Informatics subject class 7F of SMP Negeri 1 Surakarta. The research design used is Classroom Action Research (PTK) and Quasi-Experimental Research. The subjects in this research were students in class 7F of SMP Negeri 1 Surakarta, the odd semester of the 2022/2023 academic year. The number of students for the PTK class is 32 people. The data collection method in this research used teacher activity observation sheets implementing the direct learning model (direct instruction), independent learning observation sheets and student learning outcome tests. Data analysis uses average scores and tests consisting of difference tests between cycles and difference tests between two unrelated samples. The research results show that the application of the direct instruction model can increase independence, learning achievement and effectively improve student learning outcomes in the Informatics subject class 7F of SMP Negeri 1 Surakarta.

Keywords: Direct learning models, Self-reliance and Learning Achievement.

 

PENDAHULUAN

Dewasa ini, pendidikan diberbagai jenjang baik SD, SMP maupun SMA/SMK masih banyak yang menerapkan kegiatan pembelajaran dengan paradigma lama, yaitu berpusat pada guru sepenuhnya (teacher based learning) dan menganggap guru sebagai satu-satunya sumber belajar  sedangkan peserta didik cenderung pasif yang hanya mendengarkan, memperhatikan dan didikte cara belajarnya oleh  guru. Kondisi belajar seperti ini tentu menjadikan peserta didik sulit berkembang karena tidak dilibatkan langsung untuk memahami peristiwa atau konsep materi yang sedang dipelajari saat itu yang akhirnya akan berdampak pada rendahnya prestasi belajar.

 

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman di lapangan yang terjadi selama ini, bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Informatika kelas 7F SMP Negeri 1 Surakarta semester genap tahun pelajaran 2021/2022 masih rendah, yaitu ketuntasan belajar baru mencapai 55% siswa yang mendapat nilai diatas KKM (75) dan terdapat 45% lagi siswa yang belum mendapatkan nilai ≥ 80. Ada beberapa faktor yang menyebabkan masih rendahnya prestasi belajar peserta didik, antara lain karena dominasi guru selama proses pembelajaran masih terlalu dominan (teacher centered learning), sehingga peserta didik masih kurang dilibatkan secara aktif dan lebih mandiri  dalam belajar serta model pembelajaran  yang diterapkan  guru dalam meramu  dan menyajikan materi pelajaran kurang inovatif dan tidak memperhatikan karakteristik materi yang diajarkan.

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran untuk mencapai keberhasilan prestasi belajar peserta didik. Suprijono, (2010:46) menyatakan model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuantujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran

Dalam proses pembelajaran banyak model pembelajaran yang dapat dipilih sesuai dengan karakteristik materi yang disampaikan.. Macam-macam model pembelajaran tersebut antara lain: model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran quantum, model pembelajaran terpadu, model pembelajaran berbasis masalah (PBL), model pembelajaran diskusi dan model pembelajaran langsung

(direct instruction),

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran, yaitu: tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, sifat bahan/materi ajar, kondisi siswa dan ketersediaan saranaprasarana belajar. Berdasarkan penjelasan di atas yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian adalah model pembelajaran langsung (direct instruction). Adapun pengertian model pembelajaran langsung yang dikemukakan (Amri & Ahmadi, 2010: 39) yaitu, model pembelajaran langsung (direct instruction) merupakan salah satu model pengajaran yang dirancang khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan

 

deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.  Adapun yang dimaksud pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan katakata) adalah pengetahuan tentang sesuatu. Sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.

Hal yang sama dikemukakan oleh Arends (2012: 66) bahwa:”The direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step by step fashion”.

Model   pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk menyampaikan pembelajaran kepada               siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik, dan dapat diajarkan dalam selangkah demi selangkah”.

Menurut Hamzah (2008 : 54) menjelaskan bahwa model pembelajaran langsung (direct instruction) adalah program yang paling efektif untuk mengukur pencapaian keahlian dasar, keahlian dalam memahami suatu materi dan konsep diri sendiri. Jadi dapat dijelaskan bahwa model pembelajaran langsung memberikan kesempatan siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan apa yang domodelkan gurunya di kelas.  Oleh karena itu hal penting yang harus diperhatikan dalam menerapkan model pembelajaran langsung adalah kurangi dominasi  guru selama KBM. Walaupun model pembelajarannya ini berfokus pada guru, namun berikan kesempatan siswa agar dapat belajar mandiri dengan tetap dibawah bimbingan guru  untuk melakukan latihan-latihan sesuai materi yang diajarkan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran langsung (direct instruction) ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap atau selangkah demi selangkah. Model pembelajaran ini dipandang sangat cocok dengan karakteristik materi  mata pelajaran Informatika Kelas 7. Untuk meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar peserta didik karena model pembelajaran ini dinilai efektif dan lebih inovatif dan dapat membuat materi pelajaran lebih mudah dipahami oleh

peserta didik,

Penelitian Usman (2013) menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. penelitian ini didukung oleh penelitian Listiadi dan Sitorus (2014) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran langsung, hasil belajar siswa dapat tercapai pada setiap siklus.  Penelitian lainnya Lubis dan Khairunnisa, (2020). Dari hasil penelitiannya menunjukkan hasil belajar siswa yang belajar menggunakan model direct instruction lebih tinggi dibanding dengan hasil belajar siswa yang belajar menggunakan model  konvensional.

Kardi dan Nur (Trianto, 2010: 42-43) mengelompokkan sintaks pembelajaran langsung ke dalam 5 fase yaitu: Guru menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran serta mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan pengetahuan/ keterampilan deklaratif dan prosedural,  melakukan pembimbingan latihan kepada siswa, mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik, dan guru memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan kepada siswa.

Berkaitan dengan permasalahan yang dikemukakan tentang model pembelajaran yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction) dapat meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Informatika Kelas 7 SMP Negeri 1 Surakarta

Agung. Dengan penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction) yang sesuai dengan sintaksnya, diharapkan siswa akan lebih memahami materi pelajaran karena model pembelajaran ini dipandang sangat cocok dengan karakteristik materi pelajaran. Sehingga hal ini dapat memicu siswa untuk dapat belajar lebih mandiri dan terus belajar  demi           untuk   dapat   meningkatkan prestasinya.

 

METODE

Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)  dan Penelitian eksperimen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantatif, dengan teknik Penelitian Tindakan Kelas ( classroom action research) yaitu sebuah penelitian yang merupakan kerja sama antara peneliti, guru, siswa, dan staf sekolah untuk

Menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang digunakan prosedurnya mengacu kepada Kemmis dan Taggart (1992) yang meliputi kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Penelitian diawali dengan studi awal, dilanjutkan dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, selama 3 siklus. Setelah mendapatkan  hasil pada proses Penerapan Model Pembelajaran

Langsung (direct instruction) pada kelas PTK dalam kegiatan pembelajaran, selanjutnya mengadakan penelitian kuasi eksperimen ( eksperimen semu ) yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemandirian dan  prestasi belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Surakarta beralamat di Jalan. MT Haryono No. 4  Manahan Banjarsari Surakarta.  Adapun Subjek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah siswa kelas 7F dengan waktu penelitian 2 bulan  yaitu Agustus s.d September 2022 pada semester ganjil tahun pelajaran 2022/2023 dengan jumlah 33 siswa terdiri dari 16 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. Adapun Subjek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah siswa kelas 7F dengan waktu penelitian 2 bulan  yaitu bulan Agustus s.d September 2022 pada semester ganjil tahun pelajaran 2022/2023 dengan jumlah 33 siswa terdiri dari 16 orang laki-laki dan 17 orang perempuan.

Sedangkan subyek penelitian eksprimen adalah siswa kelas  7F sebagai kelas eksperimen sample dengan jumlah 33 siswa terdiri dari 16 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. Menurut Hadi (dalam Achmadi dan Narbuko 2013:107) sampel adalah sebagian obyek atau subyek yang diselidiki dari keseluruhan obyek atau subyek penelitian. Selain itu, sampel juga merupakan bagian dari populasi yang bener-benar mewakili dari permasalahan yang akan diteliti. Sampel penelitian kuasi eksprimen ini menggunakan total sampel artinya bahwa seluruh populasi dijadikan sampel. Langkah awal yang perlu diambil dalam penelitian kuasi eksprimen ini adalah memastikan bahwa kedua kelas yang akan dibandingkan, yaitu kelas eksprimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal  yang sama yaitu dengan menggunakan prosedur pre-test dan post-test.

Lembar observasi penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction) yang dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran merupakan langkah pertama yang diobservasi. Dalam penelitian ini dibuat rubrik penelitian berupa lembar aktivitas  guru dan lembar observasi kemandirian belajar. Instrumen ini digunakan untuk mengukur seberapa baik guru menerapkan model pembelajaran ini selama KBM berlangsung yang dilakukan oleh 2 observer yaitu teman sejawat. Data yang diperoleh  hasil  observasi merupakan data kualitatif dengan kriteria kurang, cukup, baik dan sangat baik. Instrumen penelitian ini akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap indikator dalam instrumen diberikan skala. Skala pengukuran digunakan adalah skala  rating-scale. Dengan rating-scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam  pengertian  kualitatif. (Sugiyono,2013: 141). 

Sedangkan tes hasil belajar digunakan untuk memperoleh data prestasi belajar pada mata pelajaran Informatika di SMP Negeri 1 Surakarta. Tes yang diberikan kapada siswa adalah Pre-test dan Post-test. Tujuan pemberian pre-test dan post-test ini adalah untuk mengetahui sejauh  mana siswa memiliki kemampuan awal dan menguasai materi pelajaran yang telah diajarkan, pre-test dilakukan untuk melihat kemampuan awal siswa sebelum mendapatkan perlakuan belajar dan posttest untuk melihat hasil yang telah dicapai siswa.

 

Setelah mendapatkan perlakuan belajar. Teknik analisis datanya menggunakan rata-rata (mean). Untuk nilai prestasi belajar rata-rata skor digunakan untuk melihat ketuntasan prestasi belajar siswa berdasarkan KKM yang telah ditentukan dengan kriteria tuntas dan tidak tuntas. Hasil penelitian penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction) kemudian dianalisis  sebagai upaya untuk meningkatkan kemandirian dan hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah tindakan apakah mengalami peningkatan yang signifikan atau tidak, dianalisis dengan menggunakan uji-t antar siklus dan dua sampel yang tidak berhubungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahap awal peneliti melakukan penelitian yang bersifat deskriptif mengenai pelaksanaan pembelajaran Informatika di kelas 7F SMP Negeri 1 Surakarta. Dalam melakukan penelitian awal ini  setidaknya dilihat beberapa aspek, diantaranya (1) melihat perencanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru, apa metode atau model pembelajaran yang dipakai dalam penyampaian materi, dan bagaimana penerapannya di lapangan, (2) bagaimana kondisi keterlibatan/keaktifan siswa selama proses pembelajaran, serta (3) bagaimana prestasi belajar siswa.

 Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap proses pembelajaran Informatika yang dilaksanakan di kelas 7F selama ini, diperolehlah data awal yang dijadikan pertimbangan untuk mengembangkan model pembelajaran. Pada tahap awal pengamatan yang dilakukan guru, terlihat pembelajaran  masih kurang menarik dan materi yang dipelajari lebih ke arah sekedarnya saja.

Guru belum menerapkan model pembelajaran yang lebih inovatif sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan. Pembelajaran terkesan monoton dan siswa masih cenderung kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung. 

Merujuk pada interpretasi di atas, maka dilakukan diskusi antar peneliti dan guru untuk merancang perbaikan proses pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan kemandirian belajar siswa, maka peneliti berusaha melakukan penelitian menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung (direct instruction) pada mata pelajaran Informatika yang dicoba diajarkan di kelas 7F SMP Negeri 1 Surakarta dan diharapkan akan merubah caracara atau kebiasaan guru mengajar selama ini agar pelajaran lebih menarik sehingga akan dapat diikuti siswa dengan baik  Hasil penelitian dapat dikemukakan sebgai berikut:

Deskripsi Hasil Penelitian Hasil Penelitian Siklus I

Berdasarkan hasil deskripsi studi awal dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan tindakan pada penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction). Pertama yang dilakukan dengan observer adalah memberi arahan agar terjadi kesamaan persepsi dalam penelitian ini, yang akan dilakukan selama 4 jam tatap muka pada jam belajar efektif atau 2 kali pertemuan. Setelah kedua observer memahami tugas masing-masing observer, baik observer 1 dan 2 melakukan observasi terhadap penerapan pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung (direct instruction).

Rencana (planning) tindakan memuat bahan  atau materi yang akan disampaikan kepada siswa dalam proses pembelajaran, setiap rencana pembelajaran ini disesuaikan dengan waktu yang disediakan. Menyiapkan lembar observasi yaitu lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dan perangkat tes.

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2022 pada pukul 09.45 – 11.45 Wib dan tanggal 25 Agustus 2022 pada pukul 09.45 – 11.45 Wib. Setelah siswa duduk dengan rapi di tempat duduknya masing-masing  guru    mulai   memasuki   ruang    kelas diikuti semua siswa mengucapkan salam. Dilanjutkan guru mengkondisikan kelas dengan menanyakan kondisi siswa yang dijawab oleh siswa ”baik pak”, kemudian dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa. Langkah berikutnya guru melakukan apersepsi itu dilanjutkan memberikan motivasi agar siswa semangat belajar dan lebih siap menerima materi. Kemudian guru melakukan pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang materi yang akan dipelajari

Kegiatan inti sesuai dengan sintax penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction), sebagai langkah awal guru menjelaskan kompetensi atau tujuan pembelajaran sesuai yang tertera pada rencana pembelajaran. Kemudian langkah selanjutnya guru menyampaikan pengetahuan deklaratif sesuai konsepkonsep yang terdapat pada materi. Dalam penjelasan setiap langkah guru menggunakan alat bantu media proyektor. Dilanjutkan guru memperagakan materimateri secara prosedural mulai dari tahap awal hingga tahap-tahap berikutnya. Langkah berikutnya memberikan beberapa soal tugas/latihan. Selama siswa mengerjakan latihan guru berkeliling kesiswa untuk melakukan pembimbingan terutama kepada siswa yang kurang atau masih belum memahami materi. Untuk mengecek tingkat pemahaman siswa guru memberikan beberapa pertanyaan secara lisan yang berkaitan dengan materi dan meminta siswa menjawab yang kemudian direspon oleh guru untuk memberikan umpan balik. Langkah akhir memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan lanjutan/pemantapan agar siswa belajar mandiri berupa pekerjaan rumah. 

Kegiatan penutup. Di penghujung pelajaran siswa diminta menyimpulkan pelajaran,. Lalu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. ” apakah siswa masih ada yang mau ditanyakan dalam materi ini ?”. Ternyata tidak ada siswa yang mau bertanya, ada beberapa siswa menjawab “tidak pak”.. Baru kemudian guru melaksanakan post-test untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi yang baru saja dipelajari dengan membagikan fotocopy soal post-test berupa soal obyektif sebanyak 10 butir soal untuk dijawab oleh siswa. Dari hasil post-test tersebut guru memberikan penghargaan kepada siswa yang mendapatkan nilai tertinggi. Secara klasikal nilai post-test belum mengembirakan peneliti karena masih banyak siswa yang belum tuntas sehingga keberhasilan ketuntasan secara klasikal belum tercapai oleh karena itu dilakukan tahapan berikutnya Kemudian guru menutup pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi terhadap implementasi tindakan pada siklus pertama yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti dan observer mengamati jalannya kegiatan dapat terlihat bahwa rata-rata nilai aktivitas guru pada proses pembelajaran model direct instruction siklus pertama adalah 2,42 yang  masuk dalam kategori “cukup”.  

Hasil observasi kemandirian ada beberapa aspek yang belum terpenuhi dengan baik selama pelaksanaan siklus I, antara lain, 

  • masih rendahnya kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru,
  • umumnya siswa kurang berani untuk berbicara atau presentasi di depan kelas
  • siswa kurang komitmen atas tugas/latihan yang diberikan guru
  • serta siswa masih belum tenang dalam mengerjakan tugas/latihan di kelas.

Berdasarkan hasil observasi pada saat proses pembelajaran dapat terlihat bahwa rata-rata nilai sikap kemandirian belajar  siswa pada proses pembelajaran model direct instruction pada siklus pertama adalah 2,49 yang dikategorikan “cukup”.

 

Hasil prestasi belajar yang dicapai siswa pada pembelajaran Informatika dengan menerapkan model pembelajaran langsung (direct instruction) pada siklus satu ini belum memuaskan terlihat pada hasil pre –test dan hasil post-test. Maka dapat dijelaskan hasil post test siklus I pada  yang diikuti oleh 33 siswa sebanyak 9 siswa yang dinyatakan tuntas memperoleh nilai 80 (KKM) dan  24 orang siswa lainnya dinyatakan belum tuntas, nilainya tidak mencapai 75. Nilai rata-rata prestasi belajar secara klasikal pada siklus I ini adalah 69,6 dan ketuntasan klaksikalnya baru mencapai  56%. Jika dibandingkan dengan pre-test yang diberikan, terjadi peningkatan baik itu dalam hal rata-rata dari 49,2 menjadi 69,6 jadi nilai rata-rata mengalami peningkatan sebesar 20,4 ,dan persentase ketuntasan belajar klaksikal dari pre-test ke post-test naik yaitu dari 12% menjadi 56%. Jadi tingkat ketuntasan klasikalnya mengalami kenaikan 44%. Namun hasil ini masih jauh dari yang diharapkan untuk itu akan dilanjutkan siklus II.

Hasil refleksi siklus I masih terdapat beberapa aspek indikator yang belum terlaksana dengan baik  diantaranya yaitu, penyampaian materi oleh guru baik pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedur masih terlalu cepat, dan dalam memberikan latihan sebaiknya dilakukan oleh siswa secara berkelompok supaya siswa yang sudah paham bisa membantu atau mengajari siswa yang belum mengerti. Sebelum guru melakukan umpan balik atau merespon jawaban siswa sebaiknya diberikan kesempatan kepada siswa yang lain terlebih dulu untuk menjawab atau mengutarakan pendapatnya. Latihan mandiri sebaiknya berbentuk lembar kerja/tugas yang harus dikerjakan siswa dirumah. Selama kegiatan pembelajaran dilakukan observasi

Berdasarkan hasil refleksi sebagaimana diuraikan di atas, maka direkomendasikan perbaikan, pada rencana tindakan siklus berikutnya adalah sebagai berikut: yaitu, guru harus lebih maksimal lagi dalam menerapkan model pembelajaran langsung (direct instruction) dengan memperhatikan kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung diantaranya guru harus menyampaikan materi pembelajaran dengan baik yaitu  saat presentasi materi baik pengetahuan deklaratif ataupun pengetahuan prosedural jangan terlalu cepat agar materi lebih mudah dipahami siswa. Dalam  proses kegiatan latihan sebaiknya dibentuk kelompok diskusi sehingga guru lebih efektif dalam melakukan bimbingan dan mengarahkan siswa.  Guru harus memberikan kesempatan lebih luas kepada siswa untuk bertanya atau menanggapi pertanyaan sebelum guru melakukan umpan balik atau merespon jawaban siswa dan guru sebaiknya menyiapkan blanko lembar tugas/latihan mandiri untuk pemantapan materi yang dapat dikerjakan siswa dirumah.

Pengamatan siswa khususnya pada aspek kemandirian yang diharapkan guru kepada  peserta didik melalui penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction)  harus diupayakan lebih baik lagi oleh guru supaya aspek-aspek atau indikator yang diamati dapat muncul maksimal pada diri siswa seperti masih rendahnya kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru, umumnya siswa kurang berani untuk berbicara atau presentasi di depan kelas dan siswa kurang komitmen atas tugas/latihan yang diberikan guru serta siswa masih belum tenang dalam mengerjakan tugas/latihan di kelas dapat teratasi atau lebih dimaksimalkan lagi

Deskripsi Hasil Penelitian Hasil Penelitian Siklus II

Pada tahap perencanaan (planning) tindakan siklus II peneliti berdiskusi kembali dengan observer untuk merealisasikan rekomendasi yang telah dibuat dan disepakati pada siklus pertama  ke dalam RPP siklus II, sehingga pertemuan kedua ini peneliti fokus pada perbaikan yang telah direkomendasikan. 

Pelaksanaan tindakan siklus II ini dilaksanakan pada hari rabu dan kamis, tanggal 25 Agustus 2022 pukul 09.00-11.45 Wib dan tanggal 1 September 2022 pada pukul 09.00  – 11.45 WIB. Setelah siswa duduk dengan rapi di tempat duduknya masingmasing  guru    mulai   memasuki   ruang    kelas diikuti semua siswa mengucapkan salam. Dilanjutkan guru mengkondisikan kelas dengan menanyakan kondisi siswa yang dijawab oleh siswa ”baik pak”, kemudian dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa. Langkah berikutnya guru melakukan apersepsi itu dilanjutkan memberikan motivasi agar siswa semangat belajar dan lebih siap menerima materi. Kemudian guru melakukan pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang materi yang akan dipelajari.

Kegiatan inti. Sesuai dengan langkahlangkah penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction), dalam kegiatan pembelajaran guru menjelaskan kompetensi atau tujuan pembelajaran sesuai yang tertera pada RPP. Kemudian guru menjelaskan konsep-konsep materi atau pengetahuan deklaratif. Dalam penjelasan setiap langkah guru menggunakan alat bantu media proyektor dan laptop untuk menampilkan slide powerpoint.. Langkah selanjutnya guru menyampaikan materimateri secara prosedural mulai dari tahap awal hingga tahap-tahap berikutnya.  Berikutnya guru memberikan beberapa soal tugas/latihan dengan membagi kelas menjadi 5 kelompok, Selama siswa mengerjakan latihan guru berkeliling kesiswa untuk melakukan pembimbingan terutama kepada siswa atau kelompok yang kurang atau masih belum memahami materi. Pembimbingan ini dilakukan oleh guru baik secara individu dengan mendatangi ke meja siswa atau secara. Kemudian setiap kelompok maju ke depan untuk mempresentasikan hasil tugas latihannya..

Setelah siswa selesai melakukan pelatihan, maka untuk mengecek tingkat pemahaman siswa guru memberikan beberapa pertanyaan secara lisan. Kemudian guru memberikan respon atas jawaban siswa untuk memberikan umpan balik. Langkah terakhir guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan lanjutan/pemantapan agar siswa belajar mandiri berupa pekerjaan rumah. Bentuk latihan pemantapan ini guru memberikan lembar kerja yang berupa hardcopy berisikan tugas-tugas yang harus dijawab oleh siswa yaitu blanko jurnal khusus dan umum dan meminta siswa untuk menjawabnya di rumah.

Kegiatan penutup. Sebelum  menutup kegiatan pelajaran guru meminta siswa menyimpulkan pelajaran, beberapa siswa diminta menyimpulkan materi pelajaran yang baru selesai dipelajari. Baru kemudian guru melaksanakan post-test untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa akan materi yang baru saja dipelajari dengan membagikan fotocopy soal post-test berupa soal obyektif sebanyak 10 butir soal untuk dijawab oleh siswa.. berdasarkan hasil nilai post-test secara klasikal nilai post-test belum mengembirakan peneliti karena masih banyak siswa yang belum tuntas sehingga keberhasilan ketuntasan secara klasikal belum tercapai oleh karena itu dilakukan tahapan berikutnya. Selanjutnya guru memberikan tugas membaca materi untuk pertemuan berikutnya kemudian menutup pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi terhadap implementasi tindakan pada siklus II selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti dan observer mengamati jalannya kegiatan untuk melihat apakah tindakan-tindakan tersebut sesuai dengan yang direncanakan. dapat terlihat bahwa rata-rata nilai aktivitas guru pada proses pembelajaran model direct instruction siklus kedua adalah 3,19 sehingga dikategorikan “baik”. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas kegiatan guru selama proses pembelajaran  mengalami peningkatan karena beberapa aspek atau indikator yang belum maksimal pada siklus I telah berhasil diatasi pada siklus II ini. Adapun besar kenaikan rata-rata penerapan pembelajaran direct instruction dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar 0,77. namun masih belum  optimal dan perlu untuk lebih ditingkatkan lagi oleh karena itu akan dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Adapun rata-rata nilai kemandirian siswa hasil observasi pada siklus II adalah 2,90 dan dikategorikan “Baik”.  Jadi mengalami peningkatan dari siklus I.  Hal ini karena beberapa aspek yang sudah terpenuhi seperti:

  • siswa sudah ada menunjukkan kemandirian dalam mengerjakan tugas/latihan;
  • sudah banyak siswa yang berani presentasi didepan kelas karena ada rasa takut dan malu 
  • beberapa siswa sudah terbuka terhadap pengalaman baru.

Dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan pada siklus II kemandirian belajar siswa sudah mulai terlihat maksimal namun masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga perlu perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus

Pada siklus II prestasi belajar siswa akan direkap hasilnya untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan yang signifikan hasil belajar siswa dari siklus I terdahulu ke siklus II berikut ini. Berdasarkan hasil pretest dan post-test akan terlihat perubahan siswa yang tuntas dan belum tuntas apakah ada peningkatan atau tidak. Adapun rinciannya sebanyak 22 siswa yang telah dinyatakan tuntas memperoleh nilai 80 (KKM) dan  11 orang siswa lagi yang belum dinyatakan tuntas karena nilainya belum mencapai KKM. Nilai rata-rata prestasi belajar secara klasikal pada siklus II telah mencapai 73,6 dan ketuntasan klaksikalnya telah mencapai  68%. Jika dibandingkan dengan tes awal yang diberikan, terjadi peningkatan baik itu dalam hal rata-rata dari 56,8 menjadi 73,6 jadi nilai rata-rata mengalami peningkatan sebesar 16,8 ,dan persentase ketuntasan belajar klaksikal dari pre-test ke post-test naik yaitu dari 28% menjadi 68%. Jadi tingkat ketuntasan klasikalnya mengalami kenaikan 40%. Dapat dilihat bahwa sudah ada peningkatan yang signifikan  hasil ketuntasan belajar siswa namun prestasi belajar siswa masih belum sesuai yang diharapkan oleh karena itu perlu dilanjutkan siklus berikutnya.

Untuk menganalisis hasil penelitian siklus 1 dan siklus II apakah mengalami peningkatan yang signifikan atau tidak digunakan uji t-tes. Dalam menganalisis ujites ini, peneliti menggunakan data yang diperoleh dari hasil post-test siswa pada siklus pertama dan kedua hasil uji-t post-test siklus pertama dan post-test pada siklus kedua diperoleh nilai

Komentari Tulisan Ini